Senin, 20 Oktober 2008

Forsup cah Pekalongan

Atret
kaskuser
UserID: 555299
Join Date: Sep 2008
Posts: 161
Thanks: 0
Thanked 0 Times in 0 Posts

Kulit langsat itu ternyata pucat lho...



Semalam sekira jam 20 datang seorang dara cantik mungil berkulit langsat. Penampilan pisiknya okay punya. Kerja di hotel Grand Hyatt Thamrin, Jakarta.
Wajah dara ini tampak tegang dan bingung. Dari gurat matanya tampak tengah mengalami gangguan emosi yang akut. Sorot matanya yang sayu menyiratkan klo dara ini cape lahir bathin. Katanya sih dah seminggu gak bisa tidur dan kehilangan nafsu makan.

Tatkala dilakukan observasi, terasa telapak tangan kirinya tegang dan kencang. Sentuhan di puncak tulang hasta dekat sikutnya menjebabkannya menjerit. Dari sentuhan di batang leher agaknya tensi darahnya rendah. Dari sentuhan didasar leher, rupanya dara ini lagi dalam masalah hub personal. Dia tengah mengalami suasana sensitif, mudah emosi dan gampang marah. Dalam kondisi seperti ini, seseorang akan mudah sekali kehabisan tenaga. Menyebabkan hidupnya layu dan tak tentu arah.

Dara yang berpididikan SMK Kebidanan ini ortunya tinggal di Kebayoran. Tapi atas sugesti temannya dia kos, alasannya lebih dekat ke tempat kerja.
Dirawati sambil duduk, dianya banyak curhat dan sesekali berlinang airmata.
Katanya, asal selesai tugas, dianya menghabiskan seluruh malam ditempat tempat anak muda mangkal. Sosoknya tentunya teramat mudah menarik perhatian.

"Habis klo teman2 priaku datang kerumah, papa selalu bersikap galak dan kasar." Atuh gimana gak galak ya, lha wong dara ini yang sulung dengan tujuh orang adik2nya. Dari pendidikannya papa sama mamanya mengharapkan dia bisa bantu mengasuh dan merawat adik2nya. Lagian siapa papa yang suka dara cantiknya berlaku gak karuan dirumahnya yang selalu sibuk itu.

"Jangan putuskan hub dengan ortu dan saudara2mu ya Wi. Saranku segeralah kamu pulang. Cium tangan kedua ortumu sambil minta maaf telah membuat mereka khawatir." Pesanku sesaat mendengar dia dah 3 minggu gak pulang, yakni selama dia kos. kebayang dong kayak apa khawatir ortunya.

"Jangan lupa Wi. Bisa aja ortumu berharap kelak kamu dapat jodoh yang baik yang bisa ortumu jadikan sandaran ekonomis mengingat beratnya kehidupan papamu dalam berjuang membesarkan dan mendidik kamu dan adik2mu. Tapi agar hal itu bisa terwujud, seharusnya kamu jadi anak rumahan yang baik. Jangan kayak sekarang kamu malahan jadi anak jalanan yang salah2 buatan biasa aja menjadi korban mainan para lelaki. Tentu kamu gak mau kan?"

"Dah kebayang betapa marahnya papa sama mama, klo tau aku minggat karena desakan pacarku itu." Jeritnya ketika kutekan median tangan kirinya.
"Klo kamu pikir perlu, aku bersedia mengantarmu pulang dan bicara kepada ortumu. Manatau papamu mau kurawat darah tingginya. Jaga jangan sampai papamu kena stroke lho Wi. Kalau hal itu terjadi kasihan mama kamu yang akan kerepotan sekali mengurus papa dan adik2mu." Dia mulai menangis sesenggukan seraya rebahan dipangkuanku.

"Kos disini kamu tentu harus bayar sedikitnya 600. Klo kamu pulang pergi dari rumah ke hotel akan makan ongkos 250ribu sebulan. Bagi mama kamu selisih yang 350 itu akan sangat berharga buat ikut meringankan beli makanan bagi adik2mu. Kamu juga masih bisa bantu dengan tips yang kamu peroleh bukan?"
Hehe, si Dewi tampaknya tengah berkalkulator di wajahnya yang mulai kendur.

Sebagai finishing-touch malam ini, kutekani juga ceruk atas titik temu antara jari 1 dan 2 dikedua kakinya. Penting buat menjaga agar gangguan lever akan lebih baik. Ini tersirat di bola matanya yang kekuningan itu. Tapi Dewi segera berlari keluar menuju lubang got terdekat lalu muntah2 disana. Kuminta Ninis temannya membawakan sebotol kecil aqua buat diminumkan. Tetapi Dewi masih muntah2 3 kali lagi. Lalu perlahan bangun dengan mata merah, sambil mengelapi ingus dan airmatanya. Lantas pamitan karena diserang rasa mengantuk berat. Perlahan Ninis memeluknya, tatkala Dewi melangkah menuju tempat kosan dengan kepala menunduk. Hehe smp lupa bilang makasih dia.

Selang sejam teman cowoknya datang menanyakan apakah Dewi sudah datang menemuiku. Ketika kuiyakan, dianya langsung call Dewi via hp.
"Gak bisa A. Kayaknya hp nya dimatiin deh." Wajahnya tampak kecewa.
Lalu datang kembali Ninis membawakan sekaleng kuwe buatku.
"Dari Dewi, A. Makasih atas semua kebaikan aa kepadanya."
"Sekarang Dewinya mana Nis?" Tanya si cowok itu.
"Dah ngorok berat Wan. Hp nya juga dimatiin."
Iwan pun tersenyum melongo, seraya membukai kaleng kuwe itu.

Tidak ada komentar: